27 Tahun dan Belum Bunuh Diri

Sekar Surowijoyo
6 min readAug 20, 2021

--

Berkah terbaik dalam hidup bagi saya sekarang ialah menulis postingan ini.

Setahun lalu, begitu mengerikan hingga saya tidak mengingat kejadian baik terjadi. Tulisan ini akan jadi pengingat bahwa saya pernah berada di titik yang barangkali terendah dan suatu saat nanti saya bisa membacanya sembari tertawa karena hidup telah menjadi perihal yang menyenangkan untuk dijalani. Jika ada yang ingin berkomentar bahwa saya kurang bersyukur, tolong cukup hentikan komentarnya, ini adalah proses saya bersyukur. Tidak ada titik dalam bersyukur, kata kerja tersebut terus menerus dengan sadar saya usahakan termasuk salah satunya dengan menulis tulisan ini.

Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang usia 26, sebab ternyata otak saya tidak cukup baik untuk merangkum semuanya. Jadi inilah 27 hal yang saya yakini di usia 27 tahun:

Charlotte Lucas, from the Pride and Prejudice (2005)
  1. Belum Bunuh Diri adalah Prestasi Terbaik Saat Ini

Saya ingat betul seorang senior yang pernah berujar, “jangan mengejek usia tua belum tentu kamu bisa berada di umur orang tersebut.” Saya langsung jawab balik, “baguslah saya tidak perlu hidup terlalu lama di dunia yang kejam ini.” Semua orang di ruangan langsung hening. Sampai hari ini senior dan orang-orang dalam ruangan tersebut tidak pernah tahu berapa kali saya mencoba bunuh diri. Saya meninggalkan mereka begitu saja sebab mereka tidak pernah menghargai perjuangan saya membantu mereka. Tentu ini adalah POV saya, mereka barangkali sedang melabeli saya sebagai junior yang kurang ajar, demanding, tidak cakap dan bodoh. Tidak apa-apa.

Saya selamat dari lingkungan tersebut, saya juga masih hidup. Tidak perlu forbes under 30 atau uang 100juta, bagi manusia seperti saya, hidup pun sudah prestasi.

2. Akhirnya Saya Tahu Siapa Nama Asli Simbah Kakung

Kehidupan keluarga dari pihak Bapak memang ibarat drama kolosal. Salah satunya ialah bagaimana Simbah Kakung hidup. Jika kalian mengenal saya lewat internet, tahun 2014, saya pernah mengikuti lomba blog Ahmad Wahib Award. Saat itu saya bercerita bagaimana Simbah Kakung hidup setelah tahun 65, tentang bagaimana dia harus wajib lapor dan meninggalkan kerja-kerja seni karena tak mau dianggap kiri. Simbah Kakung bukan politisi atau pemimpin gerakan, beliau semata anak muda miskin yang suka belajar, dari organisasi tersebut dia bisa belajar banyak hal soal seni lukis hingga menjadi petani dan tukang bangunan yang handal.

Satu hal yang saya baru ketahui ketika simbah meninggal kemarin, ialah dia selama ini hidup dengan nama baru demi melepaskan diri dari stigma biadab yang dilekatkan oleh Orde Baru. Walaupun saya tidak sanggup ikut pemakaman simbah tetapi saya benar-benat lega Simbah pergi saat dia benar-benar menginkannya, dengan baju pilihannya, dikuburkan di samping cinta sejatinya, dan memakai lagi nama aslinya.

Nama asli Mbah Kakung begitu asing, tetapi saya tetap bisa merasakan betapa damainya ngeteh pagi bersama Simbah Kakung dengan nama aslinya ditemani lagu-lagu keroncong favoritnya. Semoga suatu saat kita bisa mengulanginya di surga ya Kung!

3. Jika ada waktu istirahat beristirahatlah

Sakit membuat saya sadar bahwa manusia butuh proses jeda dan memproses segala perpindahan, kepindahan, dan hal-hal lain yang terpaksa harus dilalui dengan tidak indah. Fase itu selama ini selalu saya skip, tidak pernah saya hadapi. Saya selalu mengandalkan argumen banyak kerjaan untuk melewatinya. Kini saya mendapati luka kecil yang tertimbun banyak sekali. Sulit untuk mengobati dan memaafkannya satu per satu.

4. Berusaha Pulih = Merasakan Rasa Sakit (Lagi)

Saya berproses dengan beberapa psikolog untuk mengobati depresi. Sesi-sesi awal, saya selalu menangis tanpa henti. Setelah itu tubuh saya benar-benar sakit, pusing, lemas dan kadang mual hingga muntah. Semua tadi harus dihadapi, jika saya terus sembunyi dan berusaha baik-baik saja maka tidak akan pernah selesai.

5. Membatasi diri

Banyak hal yang saya coba batasi sekarang: tidak memperjuangkan lagi hal-hal yang tidak bisa saya kendalikan, tidak berusaha terlihat baik-baik saja jika sedang merasa hancur, bahkan berusaha tidak mendominasi hal-hal yang tidak mampu saya lakukan. Saya menikmatinya.

6. Ikatan Keluarga

Sebuah momen tak terlupakan, saat orang-orang berusia 27 tahun lain membangun rumah sendiri dan membentuk keluarga baru maka yang terjadi saya adalah kebalikan. Saya pulang ke rumah orang tua, menempati kamar dekat ruang makan dan dapur. Lokasinya persis di samping kandang ayam.

Kedua orang tua tahu bahwa saya sakit tapi mereka tidak percaya ilmu psikologi seperti saya. Ritual yang mereka lakukan adalah ritual agama. Semacam ruqiah misalnya.

Suatu hari, saya kumat. Saya tiba-tiba menangis saat makan malam bersama. Orang tua saya marah. Suara mereka semakin tinggi ketika saya tidak bisa menjawab mengapa saya menangis. Mendengar hal tersebut, saya semakin bingung dan semakin kencang menangis. Saya mengunci diri dalam kamar dan mereka terus meneriaki saya dari luar, tentu saya terus menangis hingga ketiduran karena lelah menangis.

Sejak saat itu, orang tua saya tidak pernah lagi berusaha membangunkan saya ketika saya sedang selimutan di kamar. Kadang saya butuh satu atau dua hari, tapi kadang saya butuh satu minggu untuk memproses semuanya.

Menjelang ulang tahun ke 27 kemarin, Bapak datang dan bilang bahwa dia sejatinya punya problem mungkin sama tetapi ritual agama menyelamatkannya. Dia bilang barangkali aku harus menemukan caraku. Dia memberikan beberapa kalimat penghiburan bahwa dia bahagia aku pulang dan seburuk apapun kondisiku maka keluarga adalah ikatan yang akan menyelamatkanku dari jurang.

7. Sholat adalah bentuk meditasi

8. Membaca adalah rekreasi abadi

Saya tidak bisa melakukan hal-hal yang saya sukai lagi sejak saya sakit. Menonton drama korea tidak lagi menyenangkan. Minum kopi juga bukan hal yang bisa saya nikmati sebab ternyata kopi memperburuk kondisi saya. Pandemi juga membuat saya tidak bisa berpergian bersama teman. Maka buku adalah satu-satunya rekreasi yang bisa mengobati. Kadang saya menghabiskan waktu berjam-jam sembari berjemur untuk membaca. Syukurlah, masih menyenangkan bisa membaca.

9. Selain soto dan bubur, sepertinya tidak akan mampu makan dengan menuangkan air bening ke nasi lagi.

10. Terlalu banyak hal-hal yang tidak masuk akal yang harus aku hadapi dengan kedua mata tahun ini, hingga sampai dalam kesimpulan bahwa tubuh kita adalah rumah bagi jutaan makhuk hidup lain. Bumi ini begitu kompleks bahkan tentang relasi kita dengan yang tidak terlihat mata.

11. Tuhan selalu menciptakan solusi dan masalah. Melalui alam dia memberikan petunjuk, kita harus mengasah intuisi untuk memberi jawaban.

12. Barangkali tidak banyak tapi aku bersyukur punya sahabat dekat yang tidak menghakimi.

13. Seseorang tidak perlu hadir dalam hidupmu untuk menjadi penting untukmu

Aku menyadarinya saat ziarah ke makam Mbah Suro, tanpa dia barangkali Sekar Surowijoyo tidak akan ada. Dia ada, melalui energi serta cerita hidupnya hadir dan menemaniku.

14. Gilmore Girl

fav quotes from GilmoreGirl

Aku tidak pernah merasa se-relate ini dengan serial TV. Walaupun aku benci bagaimana tokoh perempuan, Rory Gilmore, tumbuh menjadi seorang perempuan labil dan jauh dari apa yang selalu dia cita-citakan sejak kecil. Aku benci sebab hidup kami bisa jadi sama.

15. Tidak sadar selalu jadi Manic Pixie Dream Girl dalam episode hidup orang lain. Aku mungkin menjadi laki-laki kurang ajar di kehidupan sebelumnya hingga harus mengalami hal seperti ini. Namun, yang sudah harus disudahi bad girl, do it well.

16. Tentang Melanjutkan Studi

Sejujurnya aku punya list tujuan belajarku yang baru tetapi aku tidak merasa siap untuk belajar di kampus sekarang. Banyak ketakutan bahwa kesehatan mentalku akan membuatku tidak bisa belajar maksimal, tetapi sebagian kecil dari diriku sangat ingin belajar. Akhir tahun lalu Mas Haris resign sebagai konselor pendidikan, aku pun tidak sempat mencari penggantinya dan orang tuaku tentu saja tidak mau membayar orang baru. Mungkin aku akan mempersiapkan beasiswa saja tahun ini, sisanya aku urus nanti sembari mengeksplorasi bacaan.

17. Feminist Political Ecology is very interesting!

Aku banyak baca artikel dan jurnal soal ini. Ada beberapa teman diskusi juga, sangat menyenangkan!

18. I don’t chase, I attract! What belongs to me will find me~

19. Ada kalimat entah siapa yang berucap, mungkin anonim internet katanya, if you don’t like where you are, then change it. You are not a tree.

20. Tahun ini aku membaca ulang tulisan-tulisan George Orwell, aku jatuh cinta lagi.

21. Agak memalukan tapi aku ingin belajar lompat tali lagi sebelum mati.

22. Jika ada kursus yang ingin aku ikuti adalah kursus deep listening, aku salut sama orang-orang yang punya kemampuan mendengar dengan baik dan mendalam.

23. Jujur sejak depresi aku sangat sulit menulis, tulisanku buruk dan asal-asalan. Aku ingin bisa kembali menulis lebih layak, entah bentuknya opini maupun paper.

24. Hal-hal yang terpaksa kamu kerjakan itu belum tentu menggambarkan dirimu.

25. Aku benar-benar takut bahwa krisis iklim ini membuat kita tidak mampu lagi menikmati liburan nyata atau bahkan sekedar hidup normal. Sepertinya aku tidak akan pernah siap untuk benar-benar tenggelam.

26. Ada sebuah lirik lagu dari band favorit saya Tigapagi, sejak pertama kali mendengar saya selalu penasaran apa maksudnya. Akhirnya ada seseorang mengatakan kalimat tersebut pada saya, “you are just too good for me but you are not so good for yourself.” Kini saya mengerti.

27. Finally!

https://youtu.be/Sh_BtT6KWxM

I be looking good\ I’ve been feeling nice\ Working on my aura, cleaning up\ Working overtime, you be getting boring so\ Skrt, skrt, give me room, room\ You playin’ games and you canceled\ Gang, gang and you ain’t so\ Phone number don’t change tho.

--

--

Sekar Surowijoyo

Self proclaims moody monster who randomly write about forest, human rights, public policy, and anything related. #Bizhumanrights