26 Hal yang Saya Yakini Saat 26 Tahun

Sekar Surowijoyo
5 min readJun 1, 2020

--

Bapak tidak percaya konsep ulang tahun dan ibu sebagai seorang Jawa selalu merayakannya dengan tirakat. Seumur hidup hanya sekali saya meniup lilin, yaitu ulang tahun ke 20 bersama Viny dan Keluarga Lingkungan. Ada beberapa tumpeng nasi kuning tetapi tidak pernah ada perayaan.

Ulang tahun ke 22 saya menangis sendirian di Halte sembari menunggu Kopaja 76 ke Cipete karena tidak ada ucapan sama sekali karena saya baru kembali ke Jakarta. Hidup terasa berat saat itu, banyak fasilitas dari orang tua yang saya tinggalkan demi bekerja di tempat yang saya sukai. Ulang tahun ke 23, saya memilih menghabiskan waktu travelling sendirian ke Bangkok, Thailand. Ulang tahun ke 24, seseorang membuatkan karikatur wajah saya. He was special back then. Ulang tahun ke 25, seharusnya dirayakan bersama keluarga besar sembari mengumandangkan takbir tetapi sepupu saya meninggal karena tumor hari itu. Sepupu tersebut meninggal diusia 30an dan meninggalkan anak laki-laki yang baru masuk SD yang tidak bisa berbahasa jawa. Kami menangis berjamaah meski ada opor ayam, ragi daging, siomay serta unlimited bakso.

Tahun ini semestinya saya menghabiskan waktu di Makassar, saya sudah pesan tiket untuk ke sana. Namun bencana pandemi datang jadi saya merayakan ulang tahun 26 ini dengan diri saya sendiri. Sepulang dari Makassar, mestinya saya ke Jogja untuk resepsi pernikahan Vini, sahabat yang ulang tahunnya sama dengan saya. Dia pasti saat ini lebih sedih dari saya sebab resepsi pernikahannya harus diundur.

Saya memutuskan untuk menulis hal-hal yang saya yakini semata untuk merapikan memori dan mempermudah perenungan diri. Inspirasi ini saya dapatkan setelah membaca esai ulang tahun Jason Shen dan Corey Beier. Maka inilah 26 hal yang saya yakini di usia 26 tahun:

  1. Menghargai tubuh sebab ia telah berjuang sama keras

Kecanduan obat tidur di usia muda, berganti-ganti dokter kulit dengan alasan ingin cantik instan, melakukan percobaan bodoh seperti makan paket panas special McD terus-menerus selama seminggu, mencampur kratingdaeng dengan kopi untuk tidak tidur selama dua hari, dan tidak mandi selama seminggu karena patah hati. Itu baru segelintir dari tindakan brutal yang saya lakukan kepada tubuh saya sendiri.

Mulai tahun ini saya akan menghargai tubuh saya lebih dari apapun. Bukan karena ketakutan saya mati muda seperti sepupu saya yang bunuh diri di usia 28 atau yang terkena stroke diusia 17 tahun. Mati muda adalah perihal takdir tetapi menghargai tubuh merupakan bentuk usaha menjadi manusia yang lebih manusiawi.

2. Menyelam lebih dalam

Kematian Uti tahun lalu memberi pukulan yang luar biasa. Saya tidak mau bangun pagi dengan berita duka, memesan pesawat untuk mengejar ritual penguburan, sampai telat di pemakaman dan menangis sendirian sampai air mata kering. Hari ini dan besok, saya ingin lebih dekat dengan simbah meski simbah tidak memahami saya dan punya banyak tuntutan. Menyelam lebih dalam selagi lautan belum kering.

3. Belajar memasak

Tanpa Bapak dan warung baksonya, saya tidak akan bisa membayar uang sekolah atau sekadar beli gadget. Memasak bagi saya sama dengan menjadi pengacara atau menjadi penulis, bukan kegiatan sembarangan. Oleh karenanya saya tidak pernah mau masuk lebih dalam sebab takut terlihat bodoh. Namun masa karantina ini, saya mencoba memasak bakso untuk lebaran dan mendapatkan pujian. Sepertinya saya perlu belajar lebih banyak. Ini bukan hal yang buruk.

4. Tidak sekolah tinggi hanya untuk menjual waktu untuk dunia yang mungkin akan saya sesali

Terima kasih pada konsultan pendidikan saya, Mas Haris, yang sudah bekerja keras selama setahun tetapi saya tidak ingin masuk ke sekolah yang tidak saya ingini dan membuang waktu hanya terlihat lebih cerdas oleh society. Jika saya punya kesempatan sekolah lagi maka akan saya pastikan itu berarti buat diri ini.

5. Menjadi dewasa adalah menjadi bertanggungjawab atas pilihan hidup sendiri tanpa harus merugikan orang lain, terutama keluarga. Berpikir praktis tidak berarti tidak idealis.

6. Rumah masuk dalam kebutuhan primer

7. Tidak perlu malu menulis puisi, sebab di luar sana banyak manusia yang tidak malu memakan uang orang lain.

8. Ibu benar, berbagi dengan orang lain tidak pernah membuatmu miskin

Jika dia berkata buruk padamu atau menikammu dari belakang, itu tandanya kamu harus mengajak dia makan enak di restoran favoritmu. Hanya orang-orang sedang sedih yang melakukan hal-hal jahat. Saatnya melakukan penghiburan untuknya!

9. Bekerja di lembaga non profit tidak sama dengan menjadi aktivis.

10. Jika saya ikut sumpah advokat bukan semata ingin menjadi advokat semata, mungkin karena saya ingin memberikan kesempatan merayakan hidup untuk Ibu dan Bapak. Perayaan wisuda dulu sepertinya kurang membahagiakan buat mereka. Mereka butuh foto-foto baru yang lebih edible untuk dipajang di media sosial.

11. Menyoal gerakan hijau, ada dua kebetulan yang sangat mengganggu kepala saya: Nabi Muhammad suka warna hijau dan Nyai Roro Kidul juga sangat menyukai warna hijau. Apa kabar partai hijau?

12. Tidak ada kucing yang tidak suka Bolt kemasan warna ungu.

13. Sosial media ibarat lautan, kebun, dan perpustakaan.

Mereka indah tetapi yang hadir menyampaikan pesan personal tetap tidak tergantikan. Saya harus lebih menghargai manusia yang mengirim pesan langsung pada saya dan meminta maaf atas kebodohan saya tidak menjawabnya selama ini.

14. Membaca buku masih jadi kegiatan yang saya sukai, tetapi membeli buku tidak. Saya kesulitan ruang jadi saya harus lebih banyak meminjam buku dari perpustakaan.

15. Jika seratus tahun konsep lagi hak asasi manusia sudah tidak dipercayai manusia seperti kata Yuval Harari, saya tidak akan kecewa.

Saya yakin kalau saya sudah mati saat itu dan konsep baru itu akan tetap mengutip konsep hak asasi manusia. Jadi pekerjaan saya hari ini tetap akan ada dampaknya walaupun jelas sangat kecil.

16. Seperti Engels, memahami privilese itu penting untuk menjadi makhluk yang lebih berguna.

17. Setiap manusia hidup dalam masalah tetapi itu tidak bisa menjadi alasan untuk menjadi manusia brengsek.

18. Tidak ada yang salah dari bersikap sopan kepada manusia lain dengan mengucapkan terima kasih atau maaf.

19. Memahami prioritas sebagai usaha menjaga kewarasan diri.

20. Memutuskan memasukkan Ocean Vuong dalam list pengarang favorit tetapi tidak berhenti mencintai George Orwell. Ini benar-benar problematik sebab saya tidak punya pengarang perempuan favorit yang kekinian.

21. I wasn’t born to be a mother. I was born to raise hell everywhere I go. I wasn’t born to be a wife. I was born to be everything I wanna be. Shout out to Angeeta Sentana for badass lyrics!

22. Kemampuan minum kopiku belum maksimal meski aku bisa minum 6 gelas kopi sehari tanpa merasakan apapun.

23. Not sad, not fullfilled.

24. Daron Acemoglu and James Robinson, authors of “Why Nations Fail”, the important thing is inclusive institutions — governments designed to serve a whole nation, not just a venal elite.

25. Pernikahan itu bukan akhir tetapi awal yang tidak pernah dapat kamu prediksi akhirnya seperti apa. Jangan tolol.

26. I am blessed surrounded by love, even they never say it to me. It’s still love.

Seharusnya diposting tanggal 4 Juni tetapi karena pada tanggal tersebut ribet jadi dipublikasi sekarang mumpung ingat. Anyway, she turn 26 today, let her be your dream girl!

--

--

Sekar Surowijoyo

Self proclaims moody monster who randomly write about forest, human rights, public policy, and anything related. #Bizhumanrights